Rabu, 29 Mei 2013

KONTRIBUSI MEDIA PEMBELAJARAN TERHADAP PENDIDIKAN


KONTRIBUSI  MEDIA PEMBELAJARAN TERHADAP PENDIDIKAN


KAJIAN PUSTAKA
           
            Pembelajaran disekolah pada saat ini mulai disesuaikan dengan perkembangan teknologi informasi, sehingga terjadi  perubahan dan pergeseran paradigma pendidikan. Perkembangan pesat dibidang teknologi informasi khususnya internet, mempercepat aliran ilmu pengetahuan yang menembus batas-batas dimensi ruang, birokrasi, kemapanan, dan waktu. Program-program di internet bukan hanya menampilkan data dan informasi yang dapat ditransmisikan dengan kecepatan tinggi, tetapi juga ilmu pengetahuan yang dapat diakses secara cepat oleh penggunanya. Dan tentu saja kondisi ini berpengaruh pada kebiasaan dan budaya pendidikan yang dikelola selama ini     
             Dalam proses belajar formal secara tradisional yang berbasis ruang kelas, proses belajar menjadi terdekontekstualisasi sehingga timbul kesulitan bagi peserta didik untuk menyerap, memahami dan mempertahankan apa yang dipelajarinya karena situasinya sangat berbeda dengan alam nyata dimana mereka bekerja. Apalagi bila mereka sudah terbiasa terbantu dengan berbagai media dan sumber belajar real dalam proses belajar alami. Juga karena naluriahnya manusia yang suka menggunakan alat. Pada sisi lain pengajar juga mengalami kesulitan untuk menanamkan apa yang diajarkan kepada peserta didik. Learning transfer atau Training Transfer merupakan masalah yang belum menemukan pemecahan yang efektif.
             Untuk mendekatkan kembali peserta didik dengan konteks dimana hasil belajarnya akan diaplikasikan, maka  salah satu pemecahannya adalah dengan menggunakan media pembelajaran. Lingkungan dengan segala isinya tidak semuanya bisa dibawa ke ruang kelas. Untuk mendekatkan kembali peserta diklat dengan lingkungan real tersebut, digunakan media.
Media pembelajaran hanya bisa efektif kalau ditunjang dengan pemahaman mengenai bagaimana proses belajar berlangsung. Ada beberapa paradigma belajar yang umum dipakai, yakni behaviorism, cognitivism dan constructivism.
          Paradigma Cognitivism, dipopulerkan oleh (Skinner 1954, 1957; Watson, 1970) pada dekade 60-an, berasumsi bahwa belajar merupakan kegiatan individu yang ditandai oleh perubahan pada schema atau struktur pengetahuan otak manusia. Alat ukurnya adalah daya ingat dan tingkat pemahaman. Oleh aliran ini, otak manusia dilihat sebagai wadah yang diisi dengan pengetahuan yang sudah ada di luar sana melalui proses pembelajaran. Belajar bagi penganut Cognitivism adalah proses transfer pengetahuan dari sumber yang kaya pengetahuan ke tujuan yang lebih miskin pengetahuan. Proses transfer pengetahuan pada saat belajar tersebut diassosiasikan dengan pemrosesan informasi pada komputer yang meliputi rangkaian “input -  proses - output” (IPO). Dalam hal ini, belajar merupakan proses pengkodean informasi yang diterima ke dalam memori (Input), lalu diassimilasikan kedalam struktur pengetahuan dalam otak atau schema (Proses), dan selanjutnya disimpan untuk diakses jika sewaktu-waktu diperlukan (Output). 
           Kemajuan dan perkembangan teknologi sudah demikian pesat berkembang, sehingga penggunaan alat-alat bantu mengajar seperti alat-alat audio,visual serta perlengkapan sekolah disesuaikan dengan perkembangan jaman tersebut. Dan juga harus disesuaikan degan tuntutan kurikulum sesuai dengan materi, metode, dan tingkat kemampuan belajar siswa agar dapat mencapai tujuan pembelajaran dengan baik disekolah.
          Untuk itu, para pengajar mulai berusaha membiasakan diri untuk menggunakan peralatan-peralatan seperti OHP, LCD, CD, VCD, video, computer dan internet dalam pembelajaran dikelas. dengan program pembelajarna yang dikembangkan ini patut dipelajari pengajar harus mempelajarinya agar mempermudah proses pembelajaran dan pendidkikan, sehingga memudahkan pembelajaran untuk berjalan dengan baik dikelas.

PEMBAHASAN
          Dalam suatu proses belajar mengajar, dua unsur yang amat penting adalah metode mengajar dan media pembelajaran. Pemilihan salah satu metode mengajar tertentu akan mempengaruhi jenis media pembelajaran yang digunakan.
Meskipun masih ada berbagai aspek lain yang harus diperhatikan dalam memilih media, antara lain tujuan pembelajaran, jenis tugas dan respon yang diharapkan siswa kuasai setelah pembelajaran berlangsung, dan konteks pembelajaran termasuk karakteristik siswa. Meskipun demikian, dapat dikatakan bahwa salah satu fungsi utama media pembelajaran adalah sebagai alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi, dan lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru.
Guru sebagai fasilitator dalam kegiatan pembelajaran sudah seharusnyalah dapat menciptakan atau mempergunakan media yang sudah ada dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Agar guru mempunyai gambaran serta dasar-dasar penggunaan media pembelajaran, disini saya sediakan file-file yang memuat tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan media pembelajaran. File-file ini saya kumpulkan dan saya ambil dari situs milik Prodi Teknologi Pendidikan, UPI Bandung.
MEDIA PEMBELAJARAN
Kata “media” berasal dari bahasa latin, merupakan bentuk jamak dari kata “medium” yang berarti perantara atau pengantar, yaitu perantara sumber pesan (a source) dengan penerima pesan (a receiver). Beberapa pakar juga organisasi memberikan batasan mengenai pengertian media sebagai berikut:
  1. Teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran. Jadi media adalah perluasan dari guru (Schram, 1977)
  2. Sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun audio visual, termasuk teknologi perangkat kerasnya (NEA, 1969)
  3. Alat untuk memberikan perangsang bagi siswa supaya terjadi proses belajar (Briggs, 1970)
  4. Segala bentuk dan saluran yang dipergunakan untuk proses penyaluran pesan (AECT, 1977)
  5. Berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar (Gagne, 1970)
  6. Segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan siswa untuk belajar (Miarso, 1989)
Dalam proses pembelajaran dibagi menjadi 3 ranah yaitu :
  1. Ranah kognitif : berkaitan dengan ilmu pengetahuan, materi
  2. Ranah Afektif : berkaitan dengan sikap dan tingkah laku siswa dalam melaksanakan proses pembelajaran.
Ranah psikomotorik : berkaitan dengan penerapan pengetahuan yang telah didapatkan siswa dalam proses pembelajaran
            In teaching the lesson the teacher must be able to present their best to achieve the desired goal. Therefore we need a teaching method that effectively and efficiently, as well as tools to explain things that can not be expressed by teachers through words. The tools in question is a medium of learning. By using the media, it can be close to reality, replacing the use of words which is a symbol that is not perfect, and arouse and stimulate student interest in learning the lessons that may be apathetic.
Choose media as important to choose a method that will be used in the teaching and learning activities. Therefore in selecting the required media considerations, which can meet the learning needs, can increase students' motivation and in accordance with the object being studied. This is certainly not independent of the learning objectives to be achieved, and the limitations of existing conditions and given the capabilities and properties of the media is concerned.
          Di bawah ini dikemukakan suatu daftar ringkas dalam bentuk pertanyaan yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan media, yaitu:
  1. Apakah bahan itu mempunyai hubungan langsung dengan unit pelajaran, dengan pengalaman tertentu atau pemecahan soal?
  2. Apakah isi yang dikomunikasikan oleh media itu berguna dan penting?
  3. Apakah media itu dapat memberikan sumbangan penting untuk pencapaian tujuan belajar?
  4. Apakah tarap kesulitan pelajaran memerlukan bantuan media?
  5. Apakah bahan yang disajikan dapat mengakibatkan timbulnya gairah dalam pengalaman, belajar, diskusi, reaksi ataupun berfikir?
  6. Apakah isi yang dikomunikasikan jelas dinyatakan dalam bentuk persoalan dan kegiatan yang diperlukan anak?
  7. Apakah bahan sajian mengandung makna yang sesuai untuk memungkinkan timbulnya kesimpulan?
  8. Apakah isi bahan disajikan cukup hanya dengan konsep dan saling berhubungan?
  9. Apakah bahan itu tepat, cermat dan tidak basi?
  10. Apakah isi bahan mengandung selera yang baik?
  11. Dapatkah media itu dipakai tanpa mempersulit pengaturan jadwal pelajaran?
  12. Apakah cukup banyak yang bervariasi, contoh-contoh yang ditampilkan untuk menjamin timbulnya kesimpulan yang mantap?
Dalam suatu proses belajar mengajar, dua unsur yang amat penting adalah metode dan media pembelajaran. Kedua aspek ini saling berkaitan. Pemilihan salah satu metode akan memengaruhi jenis media pengajaran yang sesuai, meskipun masih ada berbagai aspek lain yang harus duperhatikan dalam memilih media, antara lain tujuan dan respon yang diharapkan dikuasai oleh siswa setelah proses belajar mengajar berlangsung, dan konteks pembelajaran termasuk karakteristik siswa.
Kriteria pemilihan media bersumber dari konsep bahwa media merupakan bagian dari sistem instruksional secara keseluruhan. Untuk itu ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan dalam memilih media yaitu:
  1. Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Media yang dipilih berdasarkan tujuan instruksional yang telah ditetapkan secara umum mengacu kepada salah satu atau gabungan dari dua atau tiga ranah kognitif, efektif, dan psikomotor.
  2. Tepat untuk mendukung isi pelajaran yang sifatnya fakta, konsep, prinsip, atau generalisasi.
  3. Praktis, luwes, dan bertahan.
  4. Guru terampil menggunakannya. ini merupakan salah satu kriteria yang utama.
  5. Pengelompokan sasaran.
  6. Mutu teknis.
Selanjutnya Muhammad Syata menulis tujuh prinsip dalam pemilihan media, yaitu :
  1. Tidak ada satupun media yang baik untuk semua jurusan.
  2. Media harus konsisten dengan tujuan.
  3. Guru harus mengenal dengan baik isi dari media.
  4. Media harus cocok dengan metode mengajar.
  5. Media harus sesuai dengan kemampuan dan gaya belajar siswa.
  6. Media harus disiplin secara selektif.
  7. Kondisi fisik lingkungan (sekolah) memengaruhi hasil belajar.
Berdasarkan beberapa pendapat tentang prinsip dan kriteria pemilihan media di atas, maka jelaslah bagi kita bahwa faktor yang paling penting dalam pemilihan media sebagai alat bantu dalam proses belajar mengajar adalah kesesuaian media dengan materi dan tujuan pembelajaran, serta pemanfaatan media tersebut mampu memberikan kesan yang bermakna dan membantu peserta didik memahami materi pelajaran.
Sebagaimana kita ketahui bahwa di dalam kegiatan belajar mengajar, seorang guru dituntut mampu membangkitkan motivasi belajar yang tinggi bagi siswa. Beberapa aspek yang perlu diperhatikan guna menarik perhatian siswa belajar antara lain adalah:
- Penguasaan materi yang diajarkan.
- Penggunaan metode yang sesuai.
- Penggunaan alat bantu / media.
- Performance guru yang menarik dan meyakinkan.
Hamalik (1986) says that the use of media in teaching learning process can generate new desires and interests, motivational and learning stimulation, and even brings psychological effects on students. The use of teaching aids in teaching orientation phase will help the effectiveness of the learning process and the delivery of messages and content.Sejalan dengan uraian ini, Yunus dalam bukunya Attarbiyatul watta’liim mengungkapkan bahwasanya media pengajaran paling besar pengaruhnya bagi indera dan lebih dapat menjamin pemahaman. Orang yang mendengarkan saja tidaklah sama tingkat pemahamannya dan lamanya bertahan apa yang dipahaminya dibandingkan dengan mereka yang melihat, atau melihat dan mendengarkannya.
Dalam proses pembelajaran terdapat bermacam – macam media pembelajaran beserta karakteristiknya yaitu :
Media pembelajaran merupakan komponen intruksional yang melliputi pesan, orang, dan peralatan. Berdasarkan perkembangan teknologi tersebut, media pembelajaran dikelompokkan kedalam empat kelompok yaitu:
1.   Media hasil teknologi cetak
            Teknologi cetak adalah cara untuk menghasilkan atau menyampaikan materi, seperti buku dan materi visual statis terutama melalui prosespercetakan mekanisatau photografis. Kelompok media hasil teknologi cetak antara lain: teks, grafik, foto atau representasi fotografik.
karakteristik media hasil cetak:
                             a.Teks dibaca secara linear
                             b.Menampilkan komonikasi secarasatu arah dan reseptif
                             c.Ditampilkan secara statis atau diam
                             d.Pengembangannya sangat tergantung kepada prinsip-prinsip      pembahasan
                             e.Berorientasi atau berpusat pada siswa.
             Pendekatan yang berorientasi pada siswa adalah pendekatan dalam belajar yang ditekankan pada ciri-ciri dan kebutuhan siswa secara individual. Sedang lembaga pendidikan dan para pengajar berfungsi dan berperan sebagai penunjang saja. Sistem pendekatan yang berorientasi pada siswa ini didesainsedemikian rupa. Sehingga siswa dapat belajardengan sistem yang luwes yang diarahkan agar siswa dapat membenntuk gaya belajarnya masingmasing. Dalam hal ini guru dan lembaga berperan sebagai penunjang, fasilitator dan semangat pada siswa yang sedang belajar.
2.      Media hasil teknologi audio-visual
              Teknologi audi-visual cara menyampaikan materi dengan menggunakan mesin-mesin mekanis dan elektronis untuk menyajikan pesan-pesan audio-visual
penyajian pengajaran secara audio-visual jelas bercirikan pemakaian perangkat keras selama proses pembelajaran, seperti , mesin proyektor film, tape rekorder, proyektor visual yang lebar.
Karakteristik:
                 a.Bersifat linear
                 b.Menyajikan visual yang dinamis
                 c.Digunakan dengan cara yang telah ditentukan sebelumnya oleh perancang
                 d.Merupakan representasi fisik dari gagasan real atau abstrak
                 e.Dikembangkan menurut prinsip psikologis behafiorisme dan kognitif
                 f.Berorientasi pada guru
              Pendekatan yang berorientasi pada guru atau lembaga adalah sistem pendidikan yang konfensional dimana hampir seluruh kegiatan pembelajaran dikendalikan penuh oleh para guru dan staf lembaga penndidikan. Dalam sistemini guru mengkomunikasikan pengethuannya kepada siswa dalam bentuk pokok bahasan dalam beberapa macam bentuk silabus. Biasanya pembalajaran berlangsung dan selesai dalam jangka waktu tertentu. Sedangkan metode mengajar yang dipakai tidak beragam bentuknya, biasanya menggunakan metode ceramah dengan pertemuan tatap muka (face to face)
3    Media results are based on computer technology
Computer-based technology is a way menghasilka or menyampaikanmateri by using source-based resources in micro-processor.
            Various technology applications berbasiskomputer dalampembelajaran generally dikenalsebagai computer assisted instruction. The application when seen from the way penyajiandan objectives melipiti tutorials, presentation of the material in stages, drills end practice exercises to help students master the material that has been studied previously, games and simulations (latihanuntukmengaplikaskan pengetahian and keterampiln yangbaru learned from, and database (source that can help students and penegtahuan menambahh information in accordance with the wishes of each)
Karakteristik media hasil teknologi yang berdasarkan computer:
                 a.Dapat digunakan secara acak, non-sekuensial atau secara linear
                 b.Dapat digunakan sesuai keinginan siswa atau perancang
                 c.gagasan disajikan dalam gaya abstrak dengan simbol dan grafik
                 d.Prinsip-prinsip ilmu kognitif untuk mengembangkan media ini
                 e.Beroriatasi pada siswa dan melibatkan interaktifitas siswa yang tinggi
                 4.Media hasil gabungan tenologi cetak dan teknologi computer
Teknologi gabungan adalah cara unntukmenghasilkan dan menyampaikan materi yang menggabungkan pemakaian beberapa bentuk media yang dikendalikan komputer. Komputer yang memiliki kemampuan yang hebat seperti jumlah random akses memori yang besar, hard disk yang besar, dan monitor yang beresolusi tinggi ditambah dengan pararel(alat-alat tambahan), seperti: vidio disk player, perangkat keras untuk bergabung dalam suatu jaringan dan sistem audio.
a.Dapat digunkan secara acak, sekuensial, linear
b.Dapat digunakan sesuai keinginan siswa, bukan saja dengan direncanakan dan diinginkan oleh           perancangnya
c.Gagasan disajikan secara realistik sesuai dengan pengalaman siswa, menurut apa yang relefan dengan siswa dan dibawah pengendalian siswa
d.Prinsip ilmu kognitif dan konstruktifisme ditetapkan dalampengembangan dan penggunaanpelajaran
e.Pembelajaran ditata dan terpusat pada lingkup kognitif sehingga pengetahuan dikuasai jika pengetahuan itu digunakan
f.Bahan-bahan pelajaran melibatkan interaktif siswa
g.Bahan-bahan pelajaran memadukan kata dan visual dari berbagai sumber
Selain pembagian itu ada lagi pembagian media pembelajaran menurut jenis, daya liput, dan bahannya.
3.      Dilihat dari jenisnya, media terbagi menjadi:
a.Media auditif
   Media yang hanyamengandalkan suara saja seperi radio,kaset rekoorder, peringan hitam.media ini  tidak cocok untuk orang tuli atau mempunyai kelainan pendengaran
b.Media visual
Media yang hanya mengandalkan indera penglihatan. Media ini ada yang menampilkan gambar diam seperti film strip, slides, foto, gambar atau lukisan, dan cetakan. Ada pula yang menampilkan gambar atau simbol yang bergerak seperti film bisu, dan film kartun.
c.Media audio visual
Media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar. Jenis media ini mempunya
i
B.Kelebihan dan kekurangan media pembelajaran
Meskipun dalam penggunaannya jenis-jenis teknologi dan media sangat dibutuhkan guru dan siswa dalam membantu kegiatan pembelajaran, namun secar`umu terdapat beberapa kelebihan dan kelemahan dalam penggunaannya. Diantara kelebihan atau kegunaan media pembelajaran yaitu:
1.Memperjelas penyajian pesanagar tidak terlalu bersifat verbalistis( dalam bentuk kata-kata, tertulis atau lisan belaka)
2.Mengatasi perbatasan ruang, waktu dan daya indera, seperti:
a.Objek yang terlalu besar digantikan dengan realitas, gambar, filmbingkai, film atau model
b.Obyek yang kecil dibantu dengan proyektor micro, film bingkai, film atau gambar
c.Gerak yang terlalu lambat atau terlalu cepat dapat dibantu dengan tame lapse atau high speed photografi
d.Kejadian atau peristiwa yang terjadi masa lalu bisa ditampilkan lagi lewat rekaman film,video, film bingkai, foto maupun secara verbal
e.Obyek yang terlalu kompleks (mesin-mesin) dapat disajikan dengan model, diagram, dll
f.Konsep yang terlalu luas (gunung ber api, gempa bumi, iklim dll) dapat di visualkan dalam bentuk film,film bingkai, gambar,dll.
3.Dengan menggunakan media pendidikan secara tepat dan bervariasi sifat pasif anak didik dapat diatasi. Dalam hal ini media pembelajaran berguna untuk:
a.Menimbulkan kegairahan belajar
b.Memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara anak didik dengan lingkungan dan kenyataan
c.Memungkinkan anak didik belajar sendiri-sendiri sesuai kemampuan dan minat masing-masing.
4.Dengan sifat yang unik pada tiapsiswa ditambah lagi dengan lingkungan dan pengalaman yang berbeda, sedangkan kurikulum dan materi pendidikan ditentukan sama untuk setiap siswa,maka guru akan mengalami kesulitan. Semuanya itu harus diatasi sendiri. Apalagi bila latar belakang guru dan siswa juga berbeda. Masalah ini juga bisa diatasi dengan media yang berbeda dengan kemempuan dalam:
a.Memberikan perangsang yang sama
b.Mempersamakan pengalaman
c.Menimbulkan persepsi yang sama.
4.      Ada beberapa kelemahan sehubungan dengan gerakan pengajaran visual anatar lain terlalu menekankan bahan-bahan visualnya sendiri dengan tidak menghirukan kegiatan-kegiatan lain yang berhubungan dengan desain,pengembangan,produksi, evaluasi, dan pengelolaan bahan-bahan visual. Disamping itu juga bahan visual dipandang sebagai alat bantu semata bagi guru dalam proses pembelajaran sehingga keterpaduan antara bahan pelajaran dan alat bantu tersebut diabaikan.
audio-visual flaws: too much emphasis on the mastery of the material in the process of development and still looked upon as an audio-visual aids teachers
5.      dalam proses pembelajaran.
           
Kemampuan manusia sebagai pembuat dan pengguna alat berlanjut hingga jaman modern, dan dalam hal pembelajaran telah diciptakan berbagai alat bantu yang bisa meningkatkan efektivitas kegiatan belajar mengajar mulai yang berbentuk sederhana seperti gambar dua dimensi, chart, poster, grafik dan foto, kemudian berkembang menjadi Audio Visual Aid (AVA) dan sekarang Multimedia (MM) dimana teks, grafik , animasi, audio sudah diintegrasikan untuk memperkaya pengalaman belajar peserta diklat.
1.      Ada berbagai macam media pembelajaran yang dapat dipergunakan didalam proses belajar. Secara garis besar media pembelajaran menurut Heinich, Molenda, dan Russel dapat klasifikasi menjadi: 1) Media yang tidak diproyeksikan, 2) Media yang diproyeksikan (projected media), 3) Media audio, 4) Media video dan film, 5) Komputer, dan 6) Multimedia berbasis komputer. 
2.      Media yang tidak diproyeksikan terdiri dari beberapa jenis yaitu: benda nyata (Objects/realia), replika dan model, kit multimedia, simulator, bahan cetak (printed material), foto, gambar, chart, poster dan grafik. Contoh media yang diproyeksikan terdiri dari: Filmstrip/film, Opaque, Slide, dan Overhead projector, sedangkan media audio terdiri dari: record player, Audiotape player, CD player, dan radio.


KESIMPULAN
Diatas telah dijelaskan manfaat dan pentingnya media pembelajaran. Sekarang bagaimana implikasi penggunaan media pembelajaran tersebut? Proses belajar mengajar merupakan proses rangsangan dan gerak balas peserta diklat, peran aktif peserta diklat dalam mengeksplorasi dan mengkonstruksi pengetahuan sangat diutamakan. Widyaiswara hanya memfasilitasi peserta diklat guna mengikuti pola-pola kognitif dan memperlihatkan konsep pengetahuannya itu dapat berlaku benar untuk setiap keadaan atau sudah baku menurut referensi ilmu dan kebenaran epistimologi tertentu. Tapi yang masih menjadi masalah hingga kini  terletak pada proses pembelajaran yang masih menganggap peserta diklat sebagai obyek yang tidak mengetahui sesuatu.
Dalam proses pembelajaran rangsangan itu terkandung pesan intelektual, emosi dan afektif. Pesan akan lebih mudah ditangkap oleh peserta diklat apabila tersaji melalui media empirik yang beraneka ragam, seperti film, slide, foto, grafik, serta diagram. Dari media inilah peserta diklat terpacu untuk mengeluarkan ide, konsep atau membantu mereka mencerna sesuatu yang abstrak.
Dengan fasilitas empirik itu sesuatu yang abstrak atau bersifat historis direduksi pada suatu kenyataan yang bisa diinderai, dengan demikian persepsi temporal dan kebutuhan untuk mempelajarinya bisa muncul.     
Berkaitan dengan aktualisasi fasilitas  empiris ini, tidak ada salahnya bagi widyaiswara untuk menjadikan peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam masyarakat sebagai topik aktual dalam proses pembelajaran. Hal ini penting dilakukan agar peserta diklat berimpresi positif bahwa sebenarnya pengetahuan itu bisa diperoleh lewat lingkungan sekitarnya, dan bahkan pengetahuan itu terjadi dan sudah ada dalam dirinya. Yang harus mereka lakukan sekarang adalah memposisikannya secara konseptual dan tercerna. Agar hal ini bisa tercerna maka widyaiswara perlu mempersiapkan skenario pembelajaran yang tepat dan sesuai.
Sebelum widyaiswara tampil di depan kelas, sudah memikirkan atau memiliki konsep tertentu tentang topik yang ingin dibahas. Konsep itu tidak lain berupa sasaran kompetensi dan suasana yang ingin dibangun dalam proses pembelajaran.
Pembaca dapat menggunakan pendekatan rasional dan fungsional untuk topik ini karena selain widyaiswara menyampaikan konsep atau teori yang harus dicerna oleh peserta diklat.  Dalam proses pembelajaran widyaiswara boleh menggunakan beberapa metode sekaligus seperti: metode ceramah, diskusi dan tugas. Demikian juga dengan media pembelajaran yang ingin dipakai untuk membangkitkan perhatian dan menarik minat peserta diklat, sebelum memulai topik terlebih dahulu disajikan gambar, foto, film, atau slide OHP yang berhubungan dengan topik.
Dari beberapa jenis media pembelajaran yang paling populer digunakan adalah OHP, LCD, bahan cetak berupa hand out, diktat, modul, hingga yang paling sederhana dimana setiap widyaiswara memakainya yaitu white board. Untuk menggunakan media pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran seorang widyaiswara harus mengetahui dasar pertimbangan pemilihan media pembelajaran yaitu: harus berdasarkan tujuan instruksional, karakteristik peserta diklat, jenis ransangan belajar yang diinginkan, keadaan dan kondisi setempat (ada OHP tidak ada listrik, ada powepoint dan laptop tapi tidak ada LCD projector, PLN sering padam), luasnya jangkauan yang ingin dilayani (lihat Sadiman 1986, hal 84).
Science and technology is developing rapidly demanding lecturers not only need to continuously update the procurement of materials which would be taught but is also able to convey the material effectively to the training participants. The use of instructional media today is not a new thing for both training participants and lecturers. Types of instructional media utilization by lecturers still dominated the print media, while the other learning media has not been used optimally for teaching and learning purposes eg many lecturers only use OHP transparencies in teaching, still a few who use the computer as a learning medium.
Lecturers need to know the benefits of using instructional media to improve the quality control necessary competence possessed by the participants of the training. That the use

MULTITESTER


MULTITESTER
PENGERTIAN MULTITESTER
A.   Multimeter/multitester
Multimeter adalah alat ukur yang dipakai untuk mengukur tegangan listrik, arus listrik, dan tahanan (resistansi). Itu adalah pengertian multimeter secara umum, sedangkan pada perkembangannya multimeter masih bisa digunakan untuk beberapa fungsi seperti mengukur temperatur, induktansi, frekuensi, dan sebagainya.ada juga yang menyebut sebagai VOM (Volt/Ohm meter) yang dapat mengukur tegangan (voltmeter), hambatan (ohm-meter), maupun arus (amper-meter). Ada dua kategori multimeter: multimeter digital atau DMM (digital multi-meter)(untuk yang baru dan lebih akurat hasil pengukurannya), dan multimeter analog. Masing-masing kategori dapat mengukur listrik AC, maupun listrik DC.
Terdapat dua jenis multimeter, yaitu multimeter non elektronis dan multimeter elektronis.

Multimeter non elektronis

          Multimeter jenis bukan elektronik kadang-kadang disebut juga AVO-meter, VOM
(Volt-Ohm-Meter), Multitester, atau Circuit Tester. Pada dasarnya alat ini merupakan
gabungan dari alat ukur searah, tegangan searah, resistansi, tegangan bolak-balik.
Spesifikasi yang harus diperhatikan terutama adalah:
- batas ukur dan skala pada setiap besaran yang diukur: tegangan searah (DC volt),
tegangan bolak-balik (AC volt), arus searah (DC amp, mA, µA), arus bolak-balik
(AC amp) resistansi (ohm, kilo ohm).
- sensitivitas yang dinyatakan dalam ohm-per-volt pada pengukuran tegangan
searah dan bolak-balik.
- Ketelitian yang dinyatakan dalam %
- Daerah frekuensi yang mampu diukur pada pengukuran tegangan bolak-balik
(misalnya antara 20 Hz sampai dengan 30 KHz).
- Batere yang diperlukan
Multimeter elektronis

           Multimeter ini dapat mempunyai nama: Viltohymst, VTM + Vacuum Tube Volt Meter, Solid State Multimeter = Transistorized Multimeter. Alat ini mempunyai fungsi seperti multimeter non elektronis. Adanya rangkaian elektronis menyebabkan alat ini mempunyai beberapa kelebihan.
B.   Jenis jenis multimeter/multitester

1.     Multimeter analog
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhnYl8enSZYmeyhLsKyAcpovBzK54RV0rdQlgXqMPVymwN4kb36-lGVnY7CWC61kejkZKTjh1iD7Z6Y_5LI1hO2qDy4DWN2FsbwyHtqT8HQ-_DnHFLOmAO4oyH_afL3IlAH43Adk6UTWjY/s200/805237_m303010.gif
Multimeter analog lebih banyak dipakai untuk kegunaan sehari-hari, seperti para tukang servis TVatau komputer kebanyakan menggunakan jenis yanganalog.


2.     Multimeter digital

Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjyP_HFSyDWlPYCeyzCIkINO3hgVhmYxBHSQSVidZreeV_LxzJr56JINR3UwL6bYs66qoSr4EltNgQk761l8Wt8goDHiOIO30jNT6EkXz2nDoJ-MPL3tC4PsiJ2gs9lSXMq53ZZ6MIunQk/s200/1.jpg

Multimeter digital memiliki akurasi yang tinggi, dan kegunaan yang lebih banyak jika dibandingkan dengan multimeter analog. Yaitu memiliki tambahan-tambahan satuan yang lebih teliti, dan juga opsi pengukuran yang lebih banyak, tidak terbatas pada ampere, volt, dan ohm saja


C.   Kelebihan dan kekurangan    

1.     MULTIMETER MANUAL
Kelebihannya adalah mudah dalam pembacaannya dengan tampilan yang lebih simple. Sedangkan kekurangannya adalah akurasinya rendah, jadi untuk pengukuran yang memerlukan ketelitian tinggi sebaiknyamenggunakan multimeter digital.

2.     MULTIMETER DIGITAL
Multimeter digital biasanya dipakai pada penelitian atau kerja-kerja mengukur yang memerlukan kecermatan tinggi, tetapi sekarang ini banyak juga bengkel-bengkel komputer dan service center yang memakai multimeter digital. Kekurangannya adalah susah untuk memonitor tegangan yang tidak stabil. Jadi bila melakukan pengukuran tegangan yang bergeraknaik-turun,sebaiknya menggunakan multimeter analog.



FUNGSI DAN PENGGUNAAN MULTITESTER

Multimeter adalah alat ukur yang terdiri dari gabungan beberapa alat ukur yang dijadikan satu. Multimeter standar biasanya terdiri dari Amperemeter, Voltmeter dan Ohm meter sehingga multimeter sering juga disebut dengan AVO meter.
Fungsi Multimeter :
1.     Mengukur tegangan DC/ voltmeter
2.     Mengukur tegangan AC/voltmeter
3.     Mengukur kuat arus DC/ampermeter
4.     Mengukur nilai hambatan sebuah resistor/ohm meter
Fungsi tambahan :
5.     Mengecek hubung-singkat / koneksi
6.     Mengecek transistor
7.     Mengecek kapasitor elektrolit
8.     Mengecek dioda
9.     Mengecek induktor
10.   Mengukur suhu (type tertentu)

Multimeter sering digunakan dalam pengukuran besaran-besaran listrik . Selain itu alat ini juga atau biasa disebut AVO (ampere, volt, dan ohm) meter yang artinya suatu alat ukur yang dapat digunakan untuk mengukur kuat arus listrik (I) dengan satuan ampere, mengukur tegangan listrik (V) dengan satuan volt, dan untuk mengukur besarnya tahanan listrik (W) dengan satuan ohm.
Kegunaan multimeter ini selain untuk mengukur besaran-besaran listrik juga sangat berguna untuk mencari dan menemukan gangguan yang terjadi pada semua jenis pesawat atau alat-alat elektronika.

METODE PNGUKURAN

         Untuk mengetahui jalur yang putus dari suatu rangkaian diperlukan suatu alat ukur yang disebut AVOMeter, dengan menggunakan AVOMeter kita dapat mengetahui baik tidaknya suatu jalur menggunakan fasilitas pengukuran Ohm “?”. 

         Dalam penganalisaan jalur diperlukan sumber arus listrik yang akan diberikan kepada jalur tersebut. Perlu anda ketahui bahwa didalam AVOMeter sudah terdapat sumber arus yang berasal dari sebuah battery yang telah dipasang didalam AVOMeter, sehingga pada waktu pengukuran tegangan battrey ini akan mengalir pada rangkaian yang diukur, walaupun hanya dapat memberikan arus yang sangat rendah. 

         Untuk menganalisa kerusakan jalur pada suatu rangkaian dapat dilakukan dengan dua cara, pertama pengukuran secara pararel dan pengukuran secara seri. Pada prinsipnya pengukuran tersebut sama saja, akan tetapi akan lebih akurat bila dilakukan dengan dua cara tersebut. Agar dapat lebih dipahami lagi ikuti keterangan dibawah ini: 

Teknik Pengukuran Pararel
Description: http://img370.imageshack.us/img370/6654/62589075ra1.jpg


        Pada prinsipnya pengukuran resistansi atau tahanan adalah mengukur besaran arus yang akan mengalir pada suatu rangkaian, maka bila disaat pengukuran terdapat suatu jalur yang tidak mempunyai nilai resistansi (Jarum AVO Meter tidak bergerak sedikitpun) atau short (Jarum AVO Meter bergerak penuh ke arah kanan / 0 ohm), besar kemungkinan tidak akan ada arus listrik yang dapat mengalir dari jalur tersebut. Akan tetapi bila terdapat nilai resistansi yang kecil (Jarum AVO Meter akan bergerak lebih jauh ke arah kanan) maka arus yang akan mengalir pada jalur tersebut sangat besar. Bila nilai resistansinya besar (Jarum AVO Meter hanya bergerak sedikit saja ke arah kanan) maka makin kecil arus yang akan mengalir pada rangkaian tersebut. Akan tetapi bila AVO-Meter tidak menunjukan nilai Resistansi (Jarum tidak bergerak sedikitpun) maka tidak terdapat arus yang mengalir pada jalur tersebut. 

        Belum tentu bila dalam pengukuran tersebut tidak menujukan nilai resistansi maka dapat dipastikan jalurnya yang putus, bisa saja tidak terdapat arus yang disebabkan karena terdapat komponen yang bermasalah, mungkin rusak atau hubungannya tidak baik. Oleh karena itu cara pengukuran pararel dapat dilakukan juga untuk menganalisa kerusakan pada suatu komponen atau rangkaian.

Teknik Pengukuran Seri

         Bila hasil pengukuran pararel menunjukan bahwa jalur tersebut tidak mempunyai arus, sebaiknya anda jangan dulu mengambil kepastian bahwa jalur tersebut putus, anda dapat meyakinkannya dengan cara pengukuran secara seri, cara ini membutuhkan skema diagram untuk mengetahui komponen yang akan dilalui oleh setiap jalurnya, pada prakteknya anda akan mengukur satu persatu disetiap komponen yang akan dilalui oleh jalur tersebut.

Metode pengukuran secara seri dapat diperlihatkan pada gambar dibawah ini:
Description: http://img370.imageshack.us/img370/6654/62589075ra1.jpg


           Berbeda dengan metoda pengukuran pararel, dimana AVO-Meter akan menunjukan nilai resistansinya. Sedangkan metoda pengukuran seri dilakukan untuk mengetahui terhubung atau tidaknya suatu jalur. Bila hasil pengukuran menunjukan suatu nilai resistansi (tahanan) maka jalur tersebut tidak terhubung dengan baik, apalagi bila hasil pengukuran AVO-Meter tidak bergerak sedikitpun dipastikan jalur tersebut telah putus. Jalur tersebut normal bila jarum avometer menunjukan “0 Ohm” ( Jarum AVO-Meter bergerak penuh ke arah kanan). Seperti gambar dibawah ini:

Description: http://img370.imageshack.us/img370/6654/62589075ra1.jpg


Cara Menganalisa kerusakan jalur

        Sebagai contoh kasus, disini saya akan mempraktekan cara menganalisa jalur SIM Card pada ponsel Nokia NGAGE QD, walaupun dalam praktek ini hanya diberikan contoh pada permasalahan SIMCard saja, akan tetapi bila anda telah benar-benar paham dengan yang akan dijelaskan ini maka akan mudah dalam penganalisaan jalur pada rangkaian yang lainnya. 
Pertama kali langkah yang harus dilakukan adalah mengukur nilai Resistansi disetiap jalur/pin out pada Konektor atau Interface SIMCard pada PWB Ponsel. Test Probe AVO-Meter dihubungkan secara pararel, hitam ke Ground sedangkan yang merah dihubungkan kesetiap jalur/pin out. Caranya dapat diperlihatkan pada gambar dibawah ini:
Description: http://img370.imageshack.us/img370/2382/80075400hh5.jpg



Gambar diatas dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Setel AVOMeter pada kalibrasi OHM X1, karena pada setingan ini AVOMeter akan dapat memberikan arus yang cukup besar untuk mengalirkan arus listrik pada rangkaian yang akan kita ukur dan AVOMeter tidak akan terlalu peka dalam pengukurannya, terkecuali bila jarum petunjuk AVOMeter hanya bergerak sedikit saja, maka anda dapat menaikan kalibrasinya menjadi OHM X10 atau yang lebih diatasnya. 

2. Hubungkan Testprobe yang berwarna hitam kepada Ground (Negatif) pada PWB Ponsel, selanjutnya Testprobe yang berwarna merah hubungkan kepada salah satu jalur SIMCard. Anda ukur satu persatu ke semua kaki-kaki konektor SIMCard. Bila disetiap kaki konektror tersebut terdapat nilai resistansi maka dapat dipastikan jalur tersebut adalah normal / tidak bermasalah. Disaat pengukuran akan ditemukan dari salah satu jalur tersebut, dimana AVOMeter menunjukan 0Ohm (jarum bergerak penuh / Short) ini bisa diartikan bahwa jalur tersebut terhubung langsung dengan Ground. Akan tetapi bila salah satu kaki konektor tersebut tidak memiliki nilai resistansi, kemungkinan besar jalur tersebut telah putus, untuk meyakinkan jalur tersebut putus atau memang jalur itu adalah jalur kosong atau jalur aktif, maka anda dapat melihatnya pada skema diagram. Dapat diperlihatkan pada gambar dibawah ini:

Description: http://img370.imageshack.us/img370/2382/80075400hh5.jpg

Jalur konektor SIM Card

Pada “SIM READER” pin 6 (VPP), disana terlihat jelas bahwa jalur tersebut adalah jalur yang tidak digunakan, maka bila tidak terdapat nilai resistansi, keadaan tersebut adalah wajar. Pada pin 5 akan dihubungkan ke Ground, maka hal yang wajar bila hasil pengukuran jarum AVO-Meter akan bergerak secara penuh ke arah kanan.

Menentukan antar blok yang bermasalah
          Bila hasil dari pengukuran diatas terdapat salah satu jalur yang putus maka selanjutnya anda tinggal mengetahui jalur alternatif yang akan dihubungkan. Langkah inilah yang cukup memusingkan karena kita harus betul-betul memahami hubungan antar sistemnya, misalkan saja untuk permasalahan SIM Card yang sedang kita bahas ini. Sebelum melakukan pengukuran, harus diketahui hubungan antar sistem yang berkaitan dengan jalur dari konektor SIM Card ini. Bila anda belum mengetahuinya, maka diperlukan skema diagram.

Dari penjelasan skema diagram diatas, terlihat bahwa jalur dari konektor SIM Card akan diteruskan kepada EMI-Filter, selanjutnya diteruskan kepada UEM. Setelah kita mengetahui hubungan antar sistem tersebut, langkah pengukuran dapat dilakukan secara bertahap dari komponen ke komponen di setiap bloknya, agar jalur alternatif yang akan di Jumper adalah jalur aktif yang semestinya tersambung tanpa harus melewati suatu rangkaian yang aktif, misalkan melakukan jumper dari konektor SIM card langsung ke UPP tanpa melewati UEM sedangkan UEM berfungsi sebagai SIM Detektor dan SIM IF, maka hal ini adalah tindakan yang salah! Ponsel tidak akan dapat bekerja dengan baik. 

        Yang akan menyulitkan adalah menentukan jalur dari komponen manakah jalur yang putus tersebut, apakah jalur dari konektor SIM Card kepada EMIF? atau justru yang putus adalah jalur EMIF kepada UEM?. Oleh karena itu cara pengukurannya harus secara sistematis dan berurutan berdasarkan Sistem didalamnya. Cara pengukurannya gunakan metoda pengukuran secara seri.

LANGKAH PENGGUNAANNYA

Pembacaan hasil ukur multimeter:
         Pada multimeter digital nilai yang diukur bisa langsung dibaca pada display
         Pada multimeter analog nilai yang diukur diperoleh dari penunjukan jarum pada papan skala  lalu dicocokkan dengan batas ukur.

Membaca skala Ohmmeter :
         Skala ohmmeter biasanya terletak pada papan skala paling atas,  ciri-cirinya adalah angka 0 berada disebelah kanan dan disebelahnya ada simbol ohm.
         Untuk menentukan nilai resistor yang diukur caranya adalah dengan mengalikan angka yang ditunjukkan oleh jarum penunjuk dikalikan dengan batas ukur.
         Contoh : misal jarum menunjuk ke angka 5 dan posisi batas ukur pada X100, maka nilai resistor tersebut adalah 5 X100 = 5.000 ohm atau 5Kohm.
         Pada beberapa multimeter ada yang papan skalanya dibedakan antara skala X1 dan skala X1K.

Membaca Skala Voltmeter-Amperemeter (V-A) :
         Skala V-A biasanya terletak dibawah skala ohmmeter, ciri-cirinya adalah angka 0 berada disebelah kiri dan disebelahnya ada tanda V-A.
         Berbeda dengan ohmmeter, skala V-A biasanya ada lebih dari satu, berdasarkan batas ukur yang ada.
         Contoh: multimeter yang mempunyai batas ukur 0.25, 2.5, 10, 50,  250, dan 1000 maka ada 3 ukuran skala yaitu 10, 50 dan 250.
         Cara pembacaannya adalah langsung menentukan nilai sesuai dengan  angka yang ditunjukkan oleh jarum penunjuk dengan memperhatikan  ukuran skala mana yang dipakai.
         Misal kita menggunakan batas ukur 2.5 maka ukuran skala yang dipakai adalah yang skala 250V lalu angka yang ditunjukkan oleh jarum   penunjuk dibagi dengan 100. angka 100 diperoleh dari 250V dibagi 2.5
         Contoh : Saat mengukur tegangan batu battery 1.5 V maka batas ukur  kita atur pada posisi 2.5V, jadi yang dipakai deretan skala 250.  Misalnya jarum menunjuk di posisi 150 berarti tagangan battery  adalah 150/100 = 1.5 Volt

  Untuk mengukur tagangan AC langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :
1. Pertama-tama harus diingat bahwa apakah yang diukur itu tegangan AC atau
DC
2. Kita ukur tegangan AC.
3. Harus diingat pula batas ukurnya. Misalnya jaringan listrik PLN 220 Volt.
4. Saklar Batas Ukur menunjuk AC Volt, ke angka yang lebih tinggi dari batas ukur, misal ke     angka 250 Volt.
5. Tempelkan colok yang satu ke + dn yang lain ke - karena yang akan diukur arus arusnya   bolak-balik.
6. Pada waktu mengukut ini misalnya jarum penunjuk menunjuk angka 220, ini berarti tegangan PLN disitu 220 Volt. Tentu saja skala yang dipakai adalah
     yang batas kiri 0 dan batas kanan 250.
 

CARA MENGUKUR TEGANGAN DC

Untuk mengukur tegangan DC secara prinsip tak ubahnya dengan AC . Hanya perlu diperhatikan kabel colok alat ukur harus disambung/ditempelkan pada kutub dari sumber tegangan. Langkah-langkah pengukuran, adalah sbb :

1. Perlu diperhatikan Batas Ukur, Pencolok merah (+) dan pencolok hitam (-) ,
    kutub positip ( + ) dan kutub negati ( - ).
2. Arahkan saklar menunjuk ke DC Volt. Pengukuran yang dikerjakan dalam
    keadaan arus mengalir (pengukuran dinamis), Saklar pada angka 10.
3. Waktu mengadakan pengukuran, colok merah (+) ditempatkan pada (+) dan
    colok hitam (-) ditempatkan pada (-).
4. Yang dibaca adalah skala 0-10. Misalnya menunjuk angka 1,5 , ini artinya
    tegangan arus = 1,5 Volt. Kalau saklar kita arahkan pada angka 50, maka
    saklar yang dibaca skala 0 - 50.

MENGUKUR KUAT ARUS DC

Untuk mengukur kuar arus dalam suatu rangkaian harus dalam keadaan terbuka.Langkah-langkahnya sbb :
1. Alat ini hanya dapat digunakan untuk menukur kuat arus DC saja. Kuat arus
      DC biasanya kecil. Karena itu alat ini hanya mencantumkan angka
       pengukuran sampai 500 mA.
2. Mengukur kuat arus DC dilakukan dengan cara sambungan seri dengan alat
       pemakai, misalnya lampu pijar. Saklar penunjuk diarahkan pada DC mA
       dengan memperhatikan batas ukur. Dipilih misalnyaangka 25.
3. Disini kita mengukur dalam keadaan hubungan terbuka. Karena itu putuskan
       hubungan.
4. Tempelkan colok merah pada kutub positip (+) dan colokhitam (-) pada kutub
       negatip (-).
5. Baca skala, jarum menunjuk pada angka berapa. itulah hasil pengukurannya.



CARA KERJA
  Menggunakan Multitester sebagai Volt Meter

      Pasang Kabel hitam ke COM (Ground), dan pasang Kabel Merah ke Lubangpalingkanan (V/Ohm).Tentukan object pengukuran, misalnya akan mengukur battere Nokia yang berkapasitas 3,7V.
Lihat skala pada Multitester pd bagian V (Volt) ada dua yaitu:
DC Volt -- (Tegangan searah) : Tegangan Batere, Teg. Output IC Power, dsb (Terdapat Polaritas + dan -)AC Volt ~ (Tegangan Bolak Balik) : Tegangan PLN, dan sejenisnya.Umumnya yg digunakan dalam pengukuran arus lemah seperti pengukuran ponsel, dll dipilih yg DC Volt –Setelah dipilih skala DC Volt, ada nilai2 yang tertera pada bagian DC Volt tsb.

Contoh:
200mV artinya akan mengukur tegangan yang maximal 0,2 Volt
2V artinya akan mengukur tegangan yang maximal 2 Volt
20V artinya akan mengukur tegangan yang maximal 20 Volt
200V artinya akan mengukur tegangan yang maximal 200V
750V artinya akan mengukur tegangan yang maximal 750V
Gunakan skala yang tepat utk pengukuran, misal Battere 3,6 Volt gunakan skala pada 20V. Maka hasilnya akan akurat misal terbaca : 3,76 Volt. Jika menggunakan skala 2 V akan muncul angka 1 (pertanda overload/ melebihi skala) Jika menggunakan skala 200V akan terbaca hasilnya namun tidak akurat mis terbaca : 3,6V atau 3,7 V saja (1digit belakang koma) Jika menggunakan 750V bisa saja namun hasilnya akan terbaca 3 atau 4 volt (Dibulatkan lsg tanpa koma). Setelah object pengukuran sudah ada, dan skala sudah dipilih yang tepat, maka lakukan pengukuran dengan menempelkan kab el merah ke positif battere dan kabel hitam ke negatif batere. Akan muncul hasil pengukurannya.Jika kabel terbalik hasilnya akan tetap muncul, namun ada tanda negatif didepan hasilnya. Beda dengan Multitester Analog. Jika kabel terbalik jarum akan mentok kekiri.


NB : jika Multitester ada tombol DH, artinya Data Hold. Jika ditekan maka hasilnya akan freeze, dan bisa dicatat hasilnya.

  Menggunakan Multitester sebagai pengukur kapasitas Condensator
Kondensator (Capasitor) adalah suatu alat yang dapat menyimpan energi di dalam medan listrik, dengan cara mengumpulkan ketidakseimbangan internal dari muatan listrik. Kondensator memiliki satuan yang disebut Farad. Ditemukan oleh Michael Faraday (1791-1867).
Kondensator kini juga dikenal sebagai "kapasitor", namun kata "kondensator" masih dipakai hingga saat ini.
Pertama disebut oleh Alessandro Volta seorang ilmuwan Italia pada tahun 1782 (dari bahasa Itali condensatore), berkenaan dengan kemampuan alat untuk menyimpan suatu muatan listrik yang tinggi dibanding komponen lainnya.
Kebanyakan bahasa dan negara yang tidak menggunakan bahasa Inggris masih mengacu pada perkataan bahasa Italia "condensatore", seperti bahasa Perancis condensateur, Indonesia dan Jerman Kondensator atau Spanyol Condensador.
Kondensator diidentikkan mempunyai dua kaki dan dua kutub yaitu positif dan negatif serta memiliki cairan elektrolit dan biasanya berbentuk tabung.
Sedangkan jenis yang satunya lagi kebanyakan nilai kapasitasnya lebih rendah, tidak mempunyai kutub positif atau negatif pada kakinya, kebanyakan berbentuk bulat pipih berwarna coklat, merah, hijau dan lainnya seperti tablet atau kancing baju yang sering disebut kapasitor (capacitor).
Namun kebiasaan dan kondisi serta artikulasi bahasa setiap negara tergantung pada masyarakat yang lebih sering menyebutkannya. Kini kebiasaan orang tersebut hanya menyebutkan salah satu nama yang paling dominan digunakan atau lebih sering didengar. Pada masa kini, kondensator sering disebut kapasitor (capacitor) ataupun sebaliknya yang pada ilmu elektronika disingkat dengan huruf (C).
Satuan dalam kondensator disebut Farad. Satu Farad = 9 x 1011 cm² yang artinya luas permukaan kepingan tersebut menjadi 1 Farad sama dengan 106 mikroFarad (µF), jadi 1 µF = 9 x 105 cm².
Satuan-satuan sentimeter persegi (cm²) jarang sekali digunakan karena kurang praktis, satuan yang banyak digunakan adalah:
* 1 Farad = 1.000.000 µF (mikro Farad)
* 1 µF = 1.000.000 pF (piko Farad)
* 1 µF = 1.000 nF (nano Farad)
* 1 nF = 1.000 pF (piko Farad)
* 1 pF = 1.000 µµF (mikro-mikro Farad)
Langkah pengukuran :
1.  Pilih Skala bagian F dan pilih skala yg sesuai.
2.  maka nilai yg tampil adalah nilai kapasitas kondensator tsb dgn satuan Farad atau Mikro Farad (10 pangkat -6) atau Nano Farad (10 pangkat -9) atau Piko Farad (10 pangkat -12) Farad.
3.  Menggunakan Multitester Digital sebagai Pengukur Jalur (Kontinuitas)
a. Pilih Skala Buzzer, yang ada icon Sound atau ada LED nya. Jika kabel
tester Merah dan hitam ditempelkan langsung maka Multitester akan
berbunyi pertanda jalur OK. Tanpa hambatan (<50 Ohm).
b. Pilih object pengukuran. Misal akan mengukur jalur Power ON dari IC
UEM kaki P7 ke Switch On off. Tempel salah satu kabel (bebas yg mana aja) ke kaki Switch ON Off, satu lagi ke kaki IC UEM P7 atau capasitor terdekatnya. Jika bunyi maka pertanda jalur bagus dan terhubung. Jika tidak bunyi, coba apakah sudag benar letak pengukurannya. Jika sudah dipastikan jalur putus dan harus di jumper.

  Menggunakan Multitester sebagai pengukur arus rangkaian

1. Pindahkan kabel merah ke 20A. Dan kabel hitam tetap di COM (ground).
Dipilih lobang 20A karena akan mengukur arus yg > 0,2 A.
Misalnya akan mengukur arus pengisian battere. Salah satu cara antara lain salah satu kabel charger dipotong.
2. Kabel ditempelkan ke kabel merah & kabel hitam Multitester. Lakukan pengukuran saat ponsel dicharger. Misalnya nilai yg tertera 0,725 berarti arus pengisian sebesar 0,725 A alais 725 mA.Atau mencabut Sekring (Fuse) lalu tempelkan masing kabel ke masing-masing kutub sekring pada PCB. Lalu ukur hasilnya.
Mengukur Batere Lithium Original atau Palsu.
1.     Kabel Merah tetap di 20A, kabel hitam di GND.
2. Skala tetap di 20A
3. Tempel kabel Merah di + batere
4. Tempel kbl hitam di – batere
5. lihat hasil yg muncul :
Jika secara refleks, menunjuk ke angka tertentu dan kembali ke Nol, pertanda Batere Lithium asli.
Jika hasilnya menunjuk ke angka tertentu, dan stabil. Pertanda Batere Lithium palsu, dan segera cabut kabel dari Batere. Karena Batere akan menjadi panas.. karena didalamya tidak ada rangkaian pengontrolnya.
            Untuk Batere lithium asli, walaupun kbl ditempel terus ke batere, tdk masalah...
Makanya sering ponsel panas atau bahkan meledak saat dicharging. Karena menggunakan Batere Lithium palsu, yang tidak ada rangkaian pengontrolnya. Sehingga saat batere penuh, sensor BTEMP tidak bekerja. Maka batere yang telah penuh tersebut akan terus terisi sehingga menjadi panas panas dan akhirnya dapat mengakibatkan kerusakan pada ponsel, atau bahkan bisa saja batere menjadi kembung dan dapat meledak.

KALIBRASI
1.     Mula-mula saklar multimeter diputar ke atas. Tanda panah ke atas tepatnya R x Ohm
2.     Kalibrasi sampai jarum multimeter menunjukkan angka nol tepat saat dua colok (+) dan colok (-) dihubungkan. Putar adjusment untuk menyesuaikan.